Mat Tangsel

Please Klik It

10 September 2012

Pengoperasian TPST 3R Solusi Mengatasi Masalah
Sampah Perkotaan.
 10/09/2012
Sama halnya dengan wilayah perkotaan lainnya, dimana lahan terbatas, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, dan setiap penduduk baik penduduk tetap wilayah tersebut maupun penduduk yang hanya melintas sebagai produsen aktif sampah. Pada sisi lain lahan untuk membuang sampah merupakan masalah yang cukup dilematis. Membuang sampah ke wilayah tetangga, hampir merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Membuang sampah di daerah sendiri dihadapkan pada keterbatasan lahan, mahalnya harga tanah, dan kepadatan penduduk.
Kondisi tersebut mendorong pengelola kota untuk berpikir keras bagaimana mendapatkan solusi terbaik dalam penanganan sampah perkotaan.  Salah satu langkah yang diambil olehh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam penanggulangan masalah sampah perkotaan, yakni dengan mengoperasikan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) 3R atau Reduce, Reuse, Recycle secara ter-cluster pada tiap-tiap wilayah Rukun Warga.(RW) Pengolahan sampah di TPST akan sangat membantu mengurangi volume sampah sebelum dibuang ke TPS di Cipeucang - Setu.
"Target saya selain mengoperasikan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Cipeucang, juga membangun 54 TPST sampai 2014 mendatang," kata Walikota Airin, saat meresmikan TPST di RW 010 Pondok Maharta - Kelurahan Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren, kemarin.
Walikota Airin mengungkapkan, daerah yang dipimpinnya ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1,3 juta jiwa. Setiap harinya dari jumlah tersebut menghasilkan sampah sekitar 1600 meter kubik. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang di Kecamatan Setu dan TPST yang nantinya tersebar di setiap RW. Maka masalah sampah yang biasa membelit kota-kota besar seperti halnya di Tangerang Selatan dapat ditekan.
Karenanya, keberadaan TPST 3R cukup efektif untuk menanggung beban volume sampah di TPA Cipeucang. Ketika sampah asal rumah tangga datang, maka TPST bertugas memisahkan antara jenis organik dan non organik. Kemudian, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman hanya mengambil residu sampah untuk dikirim ke TPA Cipeucang.

Tentunya, kata Walikota Airin, di masing-masing TPST yang tersebar di sejumlah wilayah ini bisa menghasilkan nilai ekonomis. Hasil sampah bisa dibuat kompos dan sampah non organik bisa dibuat aneka ragam kerajinan tangan, seperti tas, vas bunga, sandal dan lain sebagainya. Dalam rangka meningkatkan efektifitasnya dalam pengelolaan sampah agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi, Walikota juga telah membuka jalan dengan menjalin kerja sama dengan BPPT untuk menerapkan teknologi hasil penelitian yang dilakukan di BPPT.

"TPST bisa mengurangi hingga 70 persen dan 30 persen yang masuk ke TPA Cipeucang karena yang kita ambil hanya residunya. Oleh karena itu, kita mengharapkan TPA ini bisa berumur lebih lama lagi untuk anak cucu kita nanti. Bukan hanya untuk jaman kita saja," ujar Walikota Airin.
"Artinya, masyarakat hanya menyediakan lahan saja, sedangkan proses pembangunan hingga pengadaan alat siap ditanggung pemerintah," jelas Djoko, kepada Web Tangsel disela-sela peresmian.

Dia memaparkan, pada tahun 2010 lalu telah dibangun TPST 3R di 2 titik lokasi, yaitu di Perumahan Griya Serpong - Kelurahan Kademangan - Kecamatan Setu dan Villa Pamulang Mas - Kecamatan Pamulang. Sementara di tahun 2011 ada 8 TPST 3R, dimana 6 titik lokasi pembangunannya dilaksanakan langsung oleh masyarakat melalui KSM-KSM yang telah dibentuk. Yakni di Kelurahan Pondok Betung, Pondok Karya, Pondok Maharta, Reni Jaya, Jombang dan Sarimulya. Serta 2 diantaranya dilakukan pihak ketiga (kontraktual), yaitu di Perumahan Pamulang Permai I dan Benda Baru.

"Tahun 2012 ini melalui APBD Perubahan harus tersedia 14 lokasi. Karena target kami tahun 2014 mendatang bisa menyediakan 54 TPST 3R di setiap kelurahan/desa di Kota Tangerang Selatan," papar Djoko.

Djoko mengutarakan, masalah sampah tidak hanya sekedar hanya bagaimana mengolah atau mengelola sampah saja. Namun, juga terkait dengan masalah budaya. Masyarakat perkotaan umumnya tidak peduli tentang sampah, suka membuang sampah sembarangan dan cenderung mementingkan diri sendiri.

"Paradigma yang salah seperti ini mungkin menjadi salah satu penyebab kenapa masalah sampah tidak pernah berhasil diatasi. Merubah paradigma masyarakat tentang sampah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penanganan sampah secara terpadu," utara Djoko.

Meningkatnya laju pertumbuhan industri dan konsumsi masyarakat secara umum juga berdampak pada perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Terutama semakin banyaknya penggunaan plastik, kertas, produk-produk kemasan dan komponen bahan yang mengandung B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Dari berbagai sektor atau bidang infrastruktur, sektor persampahan barangkali merupakan hal yang tidak terlalu banyak dilirik investor. Seperti halnya sektor air minum, jalan tol, telekomunikasi atau pun sektor lainnya. Diharapkan dengan adanya TPST 3R di setiap wilayah nantinya, mampu memberikan solusi dalam masalah penanganan sampah di Kota Tangerang Selatan.

"Mari kita bersama-sama melakukan gerakan Tangerang Selatan bersih. Manfaatkan TPST 3R yang sudah dibangun dengan sebaik-baiknya, tingkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R ini," harap Djoko.(Mattangsel007).

Tidak ada komentar: